News


Libur Panjang Akhir Oktober, AirNav Indonesia Siap Kelola Navigasi Penerbangan



26 October 2020











TANGERANG – Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau yang dikenal dengan AirNav Indonesia siap mengelola layanan navigasi penerbangan di ruang udara Nusantara pada libur panjang akhir bulan Oktober 2020 mendatang. Direktur Utama AirNav Indonesia, M. Pramintohadi Sukarno, pada Senin (26/10), menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah taktis jika terdapat kenaikan pergerakan pesawat udara (traffic movement) periode libur panjang ini.

“Data yang dihimpun AirNav Indonesia menunjukkan bahwa terdapat tren peningkatan kembali pergerakan pesawat udara sejak bulan Juni 2020, meski belum sepenuhnya pulih seperti kondisi sebelum pandemi COVID-19. Berdasarkan tren tersebut, kami memprediksi akan terdapat peningkatan pergerakan pesawat udara menjelang libur panjang akhir Oktober 2020. AirNav Indonesia telah menyiagakan prosedur, peralatan dan personel navigasi penerbangan di seluruh Nusantara untuk mengantisipasi kemungkinan peningkatan pergerakan pesawat udara tersebut,” ungkapnya.

Dijelaskannya, dari sisi prosedur dan peralatan navigasi penerbangan, perawatan dan peningkatan layanan terus dilakukan oleh AirNav Indonesia. “AirNav Indonesia memanfaatkan periode low traffic ini mengimplementasikan prosedur user preferred route (UPR) yang dapat meningkatkan efisiensi penerbangan lintas udara (overfly). UPR merupakan salah satu metode manajemen ruang udara dengan konsep free-route airspace yang menghasilkan rute alternatif. Rute ini memberikan keleluasaan bagi maskapai untuk menentukan rutenya sendiri yang paling efisien dengan mempertimbangkan arah dan kecepatan angin, potensi turbulensi, suhu udara, serta jenis dan kinerja pesawat udara,” ujar Pramintohadi.

UPR memangkas jarak tempuh penerbangan lintas internasional yang melewati ruang udara Indonesia. Pemangkasan jarak tempuh ini diikuti dengan optimalisasi performa pesawat udara menjadi seefisien mungkin sehingga menurunkan konsumsi dan emisi bahan bakar pesawat udara. UPR dapat digunakan oleh penerbangan lintas udara yang terbang pada ketinggian 35.000 – 60.000 kaki di atas permukaan air laut.

Sedangkan untuk peralatan navigasi penerbangan, Pramintohadi menjelaskan bahwa prosedur perawatan berkala dan penerapan remote maintenance untuk peralatan communication, navigation, surveillance dan automation (CNS-A) yang dimiliki AirNav Indonesia, terus dilakukan sesuai dengan standar keselamatan baik yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan maupun International Civil Aviation Organization (ICAO).

“Personel layanan navigasi penerbangan AirNav Indonesia yang bertugas di 285 cabang di seluruh Indonesia, terus kami jaga performanya, salah satunya dengan berlatih menggunakan simulator. Kompetensi dan performa personel kami, menjadi kunci utama dalam memberikan layanan navigasi penerbangan yang selamat dan efisien,” terang Pramintohadi.

Pada periode libur panjang Oktober ini, Pramintohadi menginstruksikan kepada pada General Manager Cabang AirNav Indonesia untuk terus memantau layanan navigasi penerbangan dan tidak meninggalkan lokasi kerjanya. “Kami menginstruksikan seluruh General Manager untuk memonitor seluruh hal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan navigasi penerbangan dan menyiapkan langkah-langkah penanganannya serta berkoordinasi dengan stakeholder secara intens,” paparnya.

Pramintohadi juga memberikan apresiasi kepada Kementerian Perhubungan selaku regulator yang terus berupaya memulihkan sektor transportasi udara. “Kami sangat mengapresiasi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan, khususnya untuk sektor transportasi udara. Protokol kesehatan di industri penerbangan saat ini telah diterapkan dengan baik, selain itu berbagai stimulus juga diluncurkan untuk memulihkan kembali sektor transportasi udara sehingga dapat berdampak pula terhadap pemulihan ekonomi nasional,” ucap Pramintohadi.

Terakhir, Kementerian Perhubungan memberikan stimulus biaya pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) yang dilakukan selama periode Oktober-Desember 2020 untuk 13 bandara di Indonesia. Ketiga belas bandar tersebut antara lain Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Bandara Hang Nadim (Batam), Bandara Kualanamu (Medan), Bandara I Gusti Ngurah Rai (Denpasar), Bandara Internasional Yogyakarta (Kulon Progo), Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta), Bandara Zainuddin Abdul Madjid (Lombok), Bandara Ahmad Yani (Semarang), Bandara Sam Ratulangi (Manado), Bandara Komodo (Labuan Bajo), Bandara Sisingamangaraja XII (Silangit), Bandara Banyuwangi (Banyuwangi) dan Bandara Adisutjipto (Yogyakarta).

“Stimulus ini sangat baik karena dapat langsung berdampak terhadap penurunan harga tiket pesawat udara yang dapat dibeli oleh masyarakat. Sinergi dan kolaborasi erat seluruh pemangku kepentingan industri penerbangan Indonesia, akan membuat stimulus ini dapat mencapai tujuan utamanya, yakni demi berkontribusi terhadap pemulihan perekonomian nasional. Kami yakin, kita semua mampu segera pulih dari dampak pandemi ini,” pungkasnya. (USH)




Back to News